It’s Okay to Not be Perfect

Sumber: Dokumen pribadi

Sebagian dari kita menginginkan segala sesuatunya berjalan dengan lancar dan sempurna. Seolah-olah tidak ada celah bagi kesalahan, kegagalan, dan ketidakmampuan yang boleh hadir dalam kehidupan kita. Kita beranggapan bahwa kesalahan, kegagalan, dan ketidakmampuan hanya dimiliki oleh mereka yang tidak melakukan segala sesuatunya dengan perencanaan matang.
 
Seorang murid menginginkan nilai yang sempurna di setiap ujian. Guru menginginkan anak muridnya berprestasi dan mendapatkan penghargaan bergengsi. Sedangkan seorang wanita menginginkan pria idaman yang tampan, baik hati, dan juga mapan. Semuanya ingin yang serba sempurna.
 
Namun, apakah sebenarnya kesempurnaan itu ada?
 
Coba tanyakan pada diri kalian apakah kesempurnaan itu ada? Jika memang kesempurnaan itu ada, lantas mengapa Tuhan menciptakan mereka yang disabilitas sejak lahir? Rasanya tidak adil bukan, apabila sebagian manusia dapat memiliki tubuh yang sempurna, mampu berjalan, melihat, dan berbicara dengan lancar, sedangkan sebagian lainnya tidak. Namun, melalui orang dengan disabilitas inilah, Tuhan menunjukkan bahwa sesungguhnya kesempurnaan itu tidak ada dan masih banyak contoh lainnya di dunia nyata bahwa kesempurnaan itu memanglah tidak ada.
 
Justru ketika kita menginginkan segalanya sempurna, kadang itu malah membuat diri kita merasa kesulitan sendiri. Kita berupaya untuk menutup celah ketidaksempurnaan itu dengan berbagai cara supaya orang lain tidak melihatnya.
 
Tak apa jika saat ini kamu belum mampu menjadi seperti apa yang mereka inginkan.
 
Tak apa jika saat ini kamu merasa bodoh di saat yang lain pintar.
 
Tak apa jika saat ini kamu merasa jelek di saat yang lain terlihat menawan.
 
Tak apa jika saat ini kamu merasa kesepian di saat yang lain punya banyak teman.
 
Guys, it’s okay not to be perfect. You are what you are thinking about.
 
Dari saya yang tidak sempurna


Komentar