Resensi Novel "Cinta Suci Zahrana" Karya Habiburrahman El Shirazy

IDENTITAS BUKU

Judul : Cinta Suci Zahrana
Penulis : Habiburrahman El Shirazy
Editor : Triana
Cover : Resoluzy Media
Penerbit : Republika Penerbit
ISBN : 978-602-0822-48-8
Tahun terbit :
Cetakan I, April 2017
Cetakan II, Mei 2017
Cetakan III, April 2018
iv+ 257 hal, ; 13,5×20,5 cm
Harga : Rp58.000 (Harga Pulau Jawa)

SINOPSIS


Novel ini berkisah tentang seorang Zahrana, wanita jenius jebolan jurusan Teknik Arsitektur, Universitas Gajah Mada dan Institus Teknologi Bandung. Sudah tidak diragukan kemampuan Zahrana dalam bidang akademik. Puncaknya, ia diundang ke Beijing dan dinobatkan sebagai peraih penghargaan level internasional oleh School of Architecture, Tsinghua University, berkat karya dan penghargaan yang berhasil ia peroleh. Tak ayal, banyak tawaran untuk bekerja sama hingga tawaran untuk melanjutkan pendidikan S3 dari berbagai pihak. 

Zahrana, yang dalam bimbangnya menentukan apa yang akan ia pilih, antara melanjutkan S3 dan menerima tawaran kerja sama, harus menelan pil pahit berupa kenyataan. Kedua orang tuanya tak menyetujui, dengan dalih mereka menginginkan anak semata wayangnya itu untuk segera menikah mengingat usianya yang telah 34 tahun. Usia yang sangat krusial untuk menikah bagi wanita Indonesia. Salah melangkah, gunjingan tetangga bermunculan. 

Zahrana, seorang yang teguh pendiriannya berprinsip ia ingin fokus untuk kuliah. Tidak ada waktu baginya untuk memikirkan pernikahan, meski banyak pemuda di daerahnya yang datang melamar. Hingga puncaknya, Zahrana pun sadar bahwa sesungguhnya menikah itu adalah suatu kebaikan yang harus disegerakan. Ia bertekad untuk mencari pendamping hidupnya saat itu juga, tanpa memandang status sosial, strata, ras, ataupun pendidikan. Karena menurutnya, sulit untuk mencari lelaki bak pangeran di usianya saat ini. Pada saat itulah ia memulai  petualangan cintanya. 

Ujian dan cobaan silih berganti menerpa kehidupan cinta Zahrana. Seolah Allah ingin menguji hambanya apakah hamba tersebut benar-benar tulus berikhtiar. Hingga akhirnya, Zahrana berhasil menerjang seluruh ujian dan cobaan tersebut. Ia dipertemukan oleh lelaki yang mampu menjadi penyejuk mata, siap menerimanya apa adanya, serta bertanggung jawab.

 
RESENSI

Novel Kang Abik satu ini sarat akan nilai-nilai kehidupan, terutama implementasi kesabaran, ketekunan, pantang menyerah, dan tawakkal. Hal ini tergambar dari watak Zahrana yang gigih dan tekun dalam menggapai cita-cita serta teguh dalam mempertahankan prinsip hidupnya meski banyak tekanan dihadapi. 

Penggambaran latar tempat di novel ini dominan merujuk pada daerah Semarang. Begitu mendetail hingga meliputi nama-nama jalan yang dilalui oleh tokoh dalam cerita, seolah menambah kesan supaya pembaca dapat membayangkan apa yang terjadi pada saat itu. 

Suasana khas Jawa menyelimuti setiap bagian novel ini. Hal ini tercermin pada penggunaan bahasa Jawa yang kerap kali muncul dalam dialog antar tokoh. Tidak hanya itu, terselip pula peribahasa dan nasihat-nasihat apik dalam bahasa Jawa. Untuk kemudahan pembaca, tetap disuguhkan translasi dalam bahasa Indonesianya di catatan kaki.

Alur yang dibangun dalam novel ini merupakan alur campuran. Tokoh dalam cerita ini kerap kali bernostalgia tentang masa lalunya. Namun, tidak menghilangkan kesan cerita tidak tuntas. Justru, hal tersebut semakin menambah kesan cerita semakin runut dan jelas, tidak asal-asalan muncul begitu saja. Penggunaan bahasa yang jelas dan tidak terlalu banyak konotasi, memudahkan pembaca dalam memahami alur cerita.

Tokoh yang dibangun tidak hanya protagonis tetapi ada juga tokoh antagonis yang mewarnai konflik dalam novel ini. Semakin menambah keseruan buat pembaca. Di bagian penghujung novel, terdapat beberapa kejutan sekaligus menjadi bagian klimaks dalam novel ini yang membuat pembaca semakin ingin menggali akhir cerita novel ini. Hingga akhirnya novel ini berakhir dengan happy ending, akhir yang bahagia.

Hampir tidak ada celah pada novel ini. Namun, yang perlu diperhatikan adalah klimaks pada novel ini kurang greget buat aku pribadi. Kang Abik, pengarang novel ini kurang menjelaskan secara terperinci tentang balasan yang diterima oleh tokoh antagonis akibat ulah jahatnya. Hanya secuil penjelasan yang disuguhkan. Akan lebih apik, apabila penggambaran itu lebih dipertegas sehingga menimbulkan kepuasan yang lebih bagi pembaca. Namun, secara umum novel ini sangat layak untuk dibaca karena banyak hikmah dan pelajaran yang dapat dipetik.

Komentar