Hujan Selalu Datang Tepat pada Waktunya

Sumber : www.pixabay.com

Sore ini baru saja turun hujan. Hujan yang cukup deras namun sayangnya datang menyapa hanya beberapa menit saja. Terlepas dari itu, saya sangat menikmati saat-saat hujan dengan sejuknya turun mengguyur sore ini.

Dulu sekali, saya bukan tipikal orang yang senang akan kehadiran hujan. Saya menganggap hujan selalu datang di saat-saat yang tidak tepat. Pasalnya, ketika saya sedang asyik bermain di luar lalu tiba-tiba hujan, maka buyar lah rencana untuk bermain saat itu. Belum lagi ketika saya sedang berada dalam perjalanan hendak ke suatu tempat dan di saat itu pula hujan datang mengguyur. Tentunya itu akan membuat saya kebasahan apabila tidak berteduh. Alhasil, saya harus berteduh dan menunggu beberapa saat hingga hujan mereda. Padahal, menunggu adalah kegiatan yang paling membosankan bagi kebanyakan orang, termasuk saya.

Namun semakin beranjak dewasa, saya kini telah merubah pola pikir akan hujan. Dengan kuasa-Nya hujan dicurahkan dengan beribu hikmah di dalamnya melalui perantara Malaikat Mikail, malaikat yang bertugas menurunkan hujan. Suara rintiknya yang beradu dengan tanah seolah telah menjadi rangkaian terapi tersendiri bagi saya untuk menghapus rasa muak dan kepenatan akan bisingnya dunia. Hujan selalu memiliki alasan yang tepat untuk datang.

Di saat seseorang seperti saya yang dulu sempat membenci hujan dan berharap hujan tidak turun pada suatu hari karena saya ingin menghabiskan waktu di luar bersama teman-teman saya hari itu, malah bertentangan dengan harapan para petani yang sangat menginginkan hujan untuk datang. Para petani berharap hujan yang datang dapat menumbuhkan tanaman mereka. Dengan  begitu mereka dapat memanen hasil jerih payahnya dan menghidupi keluarga. Bagaimana jika hujan tak kunjung datang? Tentunya dapat mengancam keberhasilan panen mereka kelak.

Lihatlah, betapa egoisnya kita yang tidak ingin hujan turun. Padahal banyak orang di luar sana yang mengandalkan hujan sebagai ladang profesi mereka. Selain itu, lihatlah betapa indahnya bunga-bunga yang bermekaran atau pun rindangnya hutan di cakrawala. Siapa yang menumbuhkannya jika bukan Tuhan dengan perantara hujan.

Saya ingin menjadi seperti hujan. Meski dibenci dan tak ayal dikecam oleh manusia karena kehadirannya, hujan tak pernah ambil pusing dan setia datang menyejukkan jiwa-jiwa yang gersang. Hujan selalu datang untuk meredamkan keegoisan bagi mereka yang tengah diperbudak dunia. Serta lantas juga mengaburkan polusi yang sangat menyiksa pernapasan di sudut-sudut kota. Dan di sisi lain, dengan rintik ademnya pula lah hujan membuat lalu lintas jalanan yang sesak menjadi lengang dari kendaraan.

Hujan mengalirkan kehidupan kepada siapa pun tanpa pandang bulu: hewan, tumbuhan, dan manusia. Namun, keegoisan manusia kadang membuat hujan berbuah petaka. Acap kali, hujan datang dengan guyuran deras dan spontan berkamuflase menjadi banjir yang menyusahkan. Merendam semua rumah-rumah tempat tinggal dan melumat kecongkakan manusia di dalamnya. Manusia pun mulai berputus asa. Mereka menyalahkan hujan dan berkata bahwa hidup tak adil. Sekali lagi, hujan tak pernah ambil pusing dan terus datang mengguyur.

Oleh karena itu, bersyukurlah ketika hujan datang menyapamu karena pada dasarnya ia selalu datang tepat pada waktunya dengan beribu hikmah yang dibawanya.


Komentar