Resensi Novel "Catatan Juang" Karya Fiersa Besari
IDENTITAS
BUKU
Judul: Catatan Juang
Penulis: Fiersa Besari
Penyunting: Juliagar R. N.
Penyunting akhir: Agus Wahadyo
Desainer cover: Budi Setiawan
Lettering: @deanurrizkir
Penata letak: Didit Sasono
Penerbit: Mediakita
ISBN: 978-979-794-549-7
Cetakan pertama, 2017
vi + 306 hlm.; 13×19 cm
Harga P. Jawa: Rp74.800,-
BLURB
Seseorang yang akan menemani setiap langkahmu
dengan satu kebaikan kecil setiap harinya.
tertanda, Juang
RESENSI
Buku ini merupakan buku pertama karya Fiersa Besari yang saya baca.
Berawal dari rasa penasaran akan bagaimana gaya penulisan Fiersa, saya mencoba
mencari rekomendasi bukunya di Goodreads. Buku Catatan Juang ini merupakan salah satu bukunya yang memiliki rating cukup tinggi.
Buku ini mengisahkan kehidupan seorang gadis bernama Kasuarina, akrab
dipanggil Suar. Pada suatu sore Suar menemukan sebuah buku catatan bersampul
merah saat dirinya sedang menaiki angkot. Suar yang awalnya berniat ingin
mengembalikan buku tersebut, malah tidak menemukan identitas si empunya buku. Hanya
ada nama Juang yang tertera di dalamnya. Namun, Suar belum bisa mengungkapkan
identitas Juang sepenuhnya. Siapakah ia sebenarnya dan di mana rumahnya. Alhasil,
Suar malah ketagihan untuk membaca buku tersebut.
Bak penasihat yang bijak, buku catatan tersebut seolah sangat
berhubungan (relate) dengan kenyataan
hidup yang dihadapi Suar. Tulisan-tulisan di dalamnya begitu membekas dan
berhasil menginspirasi Suar. Semenjak menemukan buku tersebut, langkah Suar
dalam menjalani hidup seolah-olah dituntun. Ia mulai mempertanyakan akan tujuan
hidupnya, kemana seharusnya ia melangkah, dan akankah ia menghabiskan masa
mudanya hanya dengan hidup membosankan seperti sebelumnya. Perlahan, kehidupan
Suar mulai berubah. Melalui buku catatan merah tersebut, perjuangan Suar untuk
meraih mimpinya yang sempat terkubur pun kembali dimulai.
Lantas, akankah Suar menemukan identitas Juang setelahnya dan
mengembalikan buku catatan bersampul merah tersebut? Silakan kalian baca
bukunya sendiri ya. No spoiler here. 😋
Novel ini cukup menarik, di satu sisi ini merupakan novel namun di sisi
lain ini menjadi semacam buku self-improvement
bagi saya pribadi. Buku yang terbagi menjadi empat bab ini menyuguhkan kutipan
kutipan yang ditulis oleh Juang di setiap babnya. Kutipan-kutipan tersebutlah yang
menurut saya membuat kesan mendalam ketika membaca novel ini bahkan mampu
membuat saya merenung beberapa kali setiap membacanya. Kemahiran penulis dalam mengolah kata-kata
begitu terlihat tatkala berhasil memberikan tulisan-tulisan kontemplatif yang out of the box pada pembaca.
Kemudian, nama-nama tokoh yang dihadirkan juga cukup unik. Ada
Kasuarina (tokoh utama), Albizia (adik Suar), dan juga Elipsis Klandestin
(sahabat Suar). Dalam perjalanannya, Suar akan menemui beberapa tokoh. Salah
satunya adalah Dude Ginting, seorang pencinta alam sekaligus pemilik kedai
kopi.
Novel ini mengangkat berbagai isu, seperti isu sosial, politik,
lingkungan, pencarian jati diri, dan tak lupa percintaan. Dari semua itu, yang
menjadi fokus perhatian utama penulis terletak pada isu lingkungan. Akan ada
konflik dimana tokoh utama dihadapkan dengan persoalan-persoalan tentang
pelestarian alam di tempat tinggalnya.
Alur novel ini merupakan alur maju dengan latar tempat di kawasan
Jakarta dan Bandung. Ada saat-saat dimana pembaca disuguhkan suasana hiruk
pikik ibukota dan ada kalanya pembaca akan dibawa menjelajahi keindahan alam.
Terus terang, ketika awal membaca novel ini, saya merasa alur ceritanya terasa
begitu lambat. Namun, menjelang akhir terasa sekali alur cerita menjadi begitu
cepat. Hal ini membuat beberapa bagian cerita yang menurut saya seharusnya
dapat dikembangkan, justru menjadi terlalu singkat dan menimbulkan kesan ‘masih ada yang kurang’.
Namun, terlepas dari kekurangannya, novel ini sangat menghibur, cocok
dibaca ketika santai, dan saya rekomendasikan untuk kalian semua baca.
Selamat membaca! 😊
Komentar
Posting Komentar