Suka Duka Kuliah di Jakarta: Berdasarkan Penuturan Seorang Anak Daerah (Bagian 2)

Photo by Tom Fisk from Pexels


Sebelumnya: 
 
Perlahan tapi pasti, saya mulai terbiasa dengan kehidupan sebagai anak kos. Saya mulai belajar gimana berbaur dengan teman-teman mahasiswa dari daerah lain. Awalnya canggung, tapi ternyata mereka pun merasakan hal yang sama. Jujur saja, saat awal masuk kuliah kami masih terbawa dengan kebiasaan di daerah kami masing-masing. Yang paling kentara adalah soal bahasa. Saya sebagai orang Lampung baru tahu ternyata ungkapan seperti geh atau basing itu ternyata hanya ada di Lampung. 
 
Begini ceritanya, waktu itu saya sedang berada di koperasi mahasiswa (KOPMA) untuk beli perlengkapan OSPEK. Kebetulan yang jaga di KOPMA kala itu adalah kating saya dua orang, mereka bukan orang Lampung. 
 
Ketika saya hendak dilayani, kating tersebut bertanya pada saya, "Mau yang warna apa barangnya?". 
 
Lantas saya jawab, "basing, Kak". 
 
Kating saya ini langsung memasang raut wajah kebingungan sekaligus keheranan. "Maksudnya?" tanya dia. 
 
"Iya basing Kak warnanya"

"Basing itu apa?" tanyanya memperjelas.

"Terserah Kak artinya"

Mulai dari situ saya sadar bahwa ternyata kata basing itu cuma ada di Lampung.😂

Selanjutnya, yang enggak kalah menarik adalah soal makanan. Kuliah di Jakarta sebagai anak kos itu gampang-gampang susah, terutama dalam menghemat pengeluaran makanan. Kalau kalian termasuk orang yang suka berhemat, kalian bisa beli makan di warteg, warung nasi padang, atau pun pasar tradisional. Tenang, kalian dapat dengan mudah menemukan warteg di setiap pinggir jalan di Jakarta. Harga makanan yang ditawarkan juga relatif lebih murah dibandingkan dengan restoran. 
 
Saya sendiri biasa sarapan dengan nasi uduk atau nasi pecel di pasar dekat indekos. Harganya enggak kalah murah sama di Lampung. Satu porsi nasi uduk (terdiri dari nasi, tempe orek, bihun, bawang goreng, sambal, dan kerupuk) dibanderol dengan harga Rp6.000,-. Sedangkan untuk satu porsi nasi pecel dibanderol dengan harga Rp5.000,-. Murah, bukan?
 
Seperti yang sudah saya bilang sebelumnya, untuk menghabiskan uang untuk beli makanan di Jakarta itu gampang. Karena, di sini banyak restoran cepat saji yang suka mengadakan promo. Yah, meski promo, tapi harganya masih jauh lebih mahal daripada nasi uduk dan nasi pecel yang biasa saya beli. 😄 Kalau kalian enggak bisa tahan nafsu buat beli makanan, bisa-bisa kalian bakal menghabiskan banyak uang. Selain itu, buat kalian yang mager (malas gerak), kalian bisa dengan mudah beli makanan pakai jasa abang ojek online. Itu lho yang pakai aplikasi! Jadi, kalian tinggal tunggu abangnya di indekos dan makanan pun bakal diantar. 

Bisa dibilang Jakarta itu fasilitas umumnya lengkap. Lengkap banget malah. Buat kalian yang enggak punya kendaraan pribadi, kayak saya, kalian bisa pergi dengan kendaraan umum. Ada Transjakarta, angkot, KRL, bahkan bajaj. Tapi seumur-umur di Jakarta saya belum pernah naik bajaj 😁. Kalau kalian suka yang eksklusif, kalian bisa pakai jasa ojek online atau pun taksi. Kebanyakan mahasiswa di kampus saya suka pakai Transjakarta karena murah. Bayangkan saja, kalian bisa keliling Jakarta sampai puas hanya dengan Rp3.500,- saja!

Untuk memanfaatkan momen ini, kadang saya berinisiatif untuk solo traveling. Jalan-jalan kecil untuk melihat Jakarta. Jujur saja, destinasi favorit saya selama di Jakarta adalah toko buku. Kebetulan rumah indekos saya tidak terlalu jauh dengan salah satu toko buku ternama tanah air, Gramedia, lebih tepatnya Gramedia Matraman. Pertama kali ke Gramedia Matraman saya dibuat takjub karena toko buku ini berasa seperti mal. Bangunannya khas pertokoan modern dengan empat lantai yang tiap-tiap lantainya menjajakan buku, aksesoris, alat elektronik, dan perlengkapan sekolah. Kalau yang lain kalap dengan diskon makanan atau baju, saya kalap ketika diskon buku akhir tahun dan diskon ulang tahun Gramedia. 😋

Selain solo traveling, kadang saya pergi keluar dengan teman-teman. Misalnya ke Monas, Ancol, Taman Mini, dan masih banyak destinasi lainnya. Kalau kalian suka dengan tempat yang bikin adem. Saya sarankan kalian pergi ke Taman Suropati di Menteng. Itu tempat yang pas buat relaksasi. Keren banget deh!

Meski terkesan sangat metropolis dan penuh dengan ingar bingar, nyatanya Jakarta juga penuh dengan tempat-tempat yang berbau agamais. Untuk kalian yang Muslim, banyak sekali masjid-masjid yang memberikan bimbingan Islam berupa kajian. Misalnya, Masjid Al Fattah Jatinegara. Di sana rutin diadakan kajian setiap harinya. Bahkan, bagi kalian yang sedang puasa sunnah Senin & Kamis bisa datang sebelum adzan maghrib untuk ikut berbuka puasa bersama. Saya biasa pergi ke sana bersama dengan salah seorang sahabat saya, Ian. Kami biasa pergi naik angkot sebelum adzan maghrib dan pulang dengan jalan kaki sehabis isya. Jalan kaki di tengah ingar bingar Jakarta memberikan kesan tersendiri di hati saya. Saya jadi bisa menghargai momen yang ada sekaligus relaksasi.
 
- Bersambung -

Komentar