Menggali Kreativitas Mahasiswa melalui Perpustakaan Nasional Republik Indonesia


Foto oleh My Life Journal dari Unsplash

Mahasiswa dikenal sebagai manusia yang memiliki daya juang, semangat serta kreativitas yang tinggi. Dengan segala kemampuan dan kelebihannya, seorang mahasiswa mampu merangkul batasan-batasan yang ada sehingga dapat menciptakan terobosan-terobosan baru yang dapat memecahkan beragam persoalan di masyarakat. Tak ayal, banyak mahasiswa yang rela tinggal jauh dari keluarga dan saudara demi menggapai cita-cita dan menempuh pendidikan di tanah perantauan.

Sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang berisi tiga poin: pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, dan pengabdian kepada masyarakat, mahasiswa dituntut untuk lebih mandiri dalam segala hal. Tak heran, jika banyak sekali kesibukan mahasiswa seperti mengerjakan tugas, laporan praktikum, hingga kuis yang harus diselesaikan mahasiswa dalam tiap minggunya. Selain itu, kegiatan organisasi yang menggunung membuat mahasiswa menjadi manusia-manusia yang jauh dari kata santai. Meski sibuk, nyatanya banyak mahasiswa yang tidak melupakan kewajibannya untuk belajar. Mereka bahkan rela untuk mengurangi jatah tidur demi untuk belajar. Alhasil, sederet prestasi dapat diraih. Tentunya dalam meraih prestasi, seorang mahasiswa tidak luput dari serangkaian proses. Proses yang mampu membentuk kreativitas mahasiswa sehingga dapat menembus peluang-peluang prestasi di depan mata.

Menurut Mayesky dalam Asmawati (2017), kreativitas adalah cara berpikir dan berbuat sesuatu sesuai gayanya dan berbeda pada setiap orang. Oleh karena itu, bentuk kreativitas antar individu mahasiswa bersifat unik. Proses kreatif mahasiswa dapat dimulai di mana saja, sehingga diperlukan suatu wadah yang mampu menjembataninya. Salah satu wadah bagi kreativitas mahasiswa adalah kehadiran perpustakaan. Dewasa ini, perpustakaan bukan lagi menjadi sesuatu yang memberikan kesan asing dan membosankan bagi kalangan mahasiswa. Banyak dari mereka yang menganggap bahwa kebutuhan akan perpustakaan adalah sebuah keniscayaan.

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia atau yang biasa disingkat Perpusnas hadir sebagai solusi bagi sederet permasalahan mahasiswa, khususnya dalam penyediaan buku-buku referensi. Bertempat di Jalan Merdeka Selatan nomor 11, Kota Jakarta Pusat, Perpusnas dinobatkan sebagai perpustakaan  tertinggi yang ada di dunia. Dengan total 27 lantai beserta basement, perpustakaan ini memiliki koleksi 2,6 juta eksemplar buku yang dapat diakses dengan datang secara langsung atau pun secara daring melalui aplikasi iPusnas. Selain itu, Perpusnas juga didukung oleh beragam fasilitas yang mampu memanjakan pengunjungnya, seperti ruang layanan keanggotaan perpustakaan bagi mereka yang ingin membuat kartu anggota, ruang teater, aula yang berkapasitas 1000 kursi, layanan audiovisual, layanan koleksi buku langka, data center, layanan naskah nusantara, layanan monograf terbuka, hingga layanan koleksi bangsa-bangsa di dunia dan majalah terjilid.

Dari segi arsitektur, Perpusnas hadir dengan konsep green building yang memiliki Indeks Konsumsi Energi (IKE) 150 kWh/m2. Bangunan Perpusnas dibangun di atas lahan seluas 11.975 meter persegi dengan luas bangunan 50.917 meter persegi. Selain itu, Perpusnas juga didukung dengan teknologi kabel jaringan data kategori 7 (CAT-7) serta perangkat jaringan aktif yang mampu mentransfer data hingga 100 GB/s. Desain arsitektur Perpusnas sangat memperhatikan kenyamanan pengunjungnya terutama bagi mereka penyandang disabilitas. Hal ini terbukti dari ketersediaan layanan yang didesain khusus bagi penyandang disabilitas, baik dari segi sarana prasarana, koleksi, maupun ruangan khusus bagi penyandang tuna netra. Kemudian, disediakan pula ruangan baca khusus anak-anak dengan koleksi buku beragam yang diperuntukkan bagi anak-anak. Bagi ibu menyusui, disediakan pula ruangan khusus laktasi. Tak ketinggalan, bagi pengunjung yang hendak melaksanakan ibadah salat, Perpusnas juga menyediakan fasilitas berupa masjid.

Menyesuaikan dengan perkembangan IPTEK, Perpusnas hadir berinovasi menggunakan konsep digital. Pengunjung dapat mengakses semua koleksi yang berupa e-resources, e-books, e-journal, dan lainnya dengan menggunakan perangkat teknologi seperti ponsel pintar, komputer, atau pun laptop. Tentunya, hal ini dapat mempermudah bagi masyarakat khususnya mahasiswa yang hendak memanfaatkan sumber-sumber pustaka yang ada. Selain itu, kartu keanggotaan Perpusnas telah dikembangkan dengan berbasis radio frequency identification (RFID) sebagai sarana pengamanan dan inventori lokasi. Bagi mereka yang ingin berselancar internet dapat memanfaatkan layanan multimedia yang berada di lantai sembilan belas. Di ruangan tersebut disediakan ruangan khusus yang berisi banyak komputer dengan jaringan internet yang diperuntukkan bagi para pengunjung Perpusnas secara gratis.

Dengan segala kelengkapan dan kemudahan yang ada tentunya banyak sekali manfaat yang dapat digali dari keberadaan Perpusnas. Dalam hal ini, mahasiswa hadir sebagai bagian dari masyarakat yang dapat berperan aktif memanfaatkan Perpusnas. Dengan rentang usia yang masih muda, mahasiswa yang dikenal sebagai manusia-manusia yang penuh dengan ide dan keberanian untuk mencoba tantangan, dapat menjadikan Perpusnas sebagai wadah untuk menuangkan kreativitas mereka.

Kreativitas mahasiswa dapat beragam bentuknya sesuai dengan hobi, bakat atau mungkin program studi yang mereka ambil. Misalnya saja, bagi mahasiswa yang tertarik dengan dunia kepenulisan, mereka dapat memanfaatkan sumber bacaan yang ada untuk melatih dan merangsang indra mereka sehingga dapat menelurkan karya-karya berupa cerpen, novel, antologi puisi, maupun jurnal ilmiah. Selain itu, bagi mahasiswa yang gemar dengan sejarah, mereka dapat mempelajari dan memahami sejarah bangsa Indonesia melalui layanan koleksi naskah nusantara.

Tentunya, kreativitas pada diri mahasiswa tidak muncul begitu saja apabila tidak sering  dilatih. Perlu adanya pendongkrak yang mampu menstimulus kreativitas mahasiswa. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk mendongkrak kreativitas adalah dengan rutin membaca. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang murah meriah sekaligus sarana rekreasi bagi mahasiswa. Kegiatan membaca secara rutin bagi mahasiswa tidak melulu dilakukan dengan membaca jurnal atau pun buku-buku perkuliahan namun juga dapat dimulai dari membaca buku-buku lainnya seperti kumpulan cerpen maupun novel.

Secara tidak langsung, ketika seorang mahasiswa membaca, maka mereka akan memperoleh beragam informasi baru, memperkaya kosakata, mengasah kemampuan berbahasa, dan tentunya juga meningkatkan inteligensi. Dengan sekumpulan informasi yang diperoleh dari aktivitas membaca, maka akan menghasilkan ide-ide kreatif yang tak terbayangkan sebelumnya. Ide-ide yang mampu memecahkan beragam persoalan yang menghinggapi masyarakat. Namun sayangnya, dilansir dari laman Kominfo, berdasarkan data UNESCO, masyarakat Indonesia memiliki minat baca hanya sebesar 0,01 persen. Artinya, hanya ada satu dari setiap seribu orang di Indonesia yang gemar membaca. Kenyataan ini sangat memprihatinkan ditengah proses modernisasi di antara negara-negara berkembang yang saling berlomba-lomba di seluruh dunia.

Salah satu tokoh nasional yang memiliki kebiasaan rutin membaca adalah B.J. Habibie, presiden Indonesia ketiga. Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat cerdas dengan deretan prestasi membanggakan. Pemilik IQ 200 itu ternyata memiliki kebiasaan membaca sejak kecil. Dilansir dari laman Joglo Semar News,  beliau biasa menyempatkan waktu untuk membaca dalam sehari paling tidak 7,5 jam. Beliau tidak membatasi diri untuk membaca buku-buku dengan genre tertentu saja. Namun, segala jenis buku dari berbagai genre beliau lahap. Karena kecintaannya akan membaca, beliau membangun sebuah perpustakaan pribadinya di Wisma Habibie – Ainun di kawasan Patra Kuningan, Jakarta Selatan.

Pada dasarnya, perpustakaan tidak dapat dipisahkan dari peradaban manusia. Karena sejatinya, perpustakaan merupakan hasil dari peradaban manusia itu sendiri. Beragam ilmu pengetahuan yang dituangkan dalam bentuk naskah dan buku sudah sepatutnya menjadi bahan pembelajaran bagi manusia untuk memetik hikmah dan merajut masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu, sebagai makhluk berkebudayaan dan beradab sudah sepatutnya kita memanfaatkan segala fasilitas Perpusnas yang ada demi kelangsungan masa depan bangsa yang lebih baik.

Daftar Pustaka


Asmawati, Luluk. (2017). Peningkatan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Terpadu Berbasis Kecerdasan Jamak. Banten. Jurnal Pendidikan Usia Dini, 11(1), 148. Diakses pada tanggal 20 Juni 2020 melalui http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jpud/article/view/2557

Devega, Evita. 2017. Teknologi masyarakat Indonesia: Malas Baca Tapi Cerewet di Medsos. https://www.kominfo.go.id/content/detail/10862/teknologi-masyarakat-indonesia-malas-baca-tapi-cerewet-dimedsos/0/sorotan_media#:~:text=Menurut%20data%20UNESCO%2C%20minat%20baca,1%20orang%20yang%20rajin%20membaca!&text=Padahal%2C%20dari%20segi%20penilaian%20infrastuktur,di%20atas%20negara-negara%20Eropa. (Diakses pada 20 Juni 2020)

Perpustakaan Nasional RI. 2017. Paparan Pekerjaan Pengembangan Fasilitas Layanan Perpustakaan Nasional RI. https://www.perpusnas.go.id/news-detail.php?lang=id&id=170920110425TvJrURiw1Z (Diakses pada 19 Juni 2020)

Perpustakaan Nasional RI. 2017. Presiden Jokowi Resmikan Gedung Fasilitas Layanan Perpustakaan Nasional RI. https://www.perpusnas.go.id/news-detail.php?lang=id&id=1709200959580hRjGCxDMc (Diakses pada 19 Juni 2020)

Suhamdani. Luar Biasa, Habibie Terbiasa Membaca 7,5 Jam Sehari. https://joglosemarnews.com/2019/09/luar-biasa-habibie-terbiasa-membaca-75-jam-sehari/?amp (Diakses pada 20 Juni 2020)


Komentar